Climate Reality Indonesia
  • Home
  • Initiatives
    • 24 Hours of Reality
    • Youth for Climate Camp
    • ICCEFE
    • Indonesia Pavilion at COP UNFCCC
    • Climate Educators Skillshare >
      • Skillshare Photos
      • Indonesian Climate Educators
  • Blog
  • News & Events
    • Berita dan Media
  • Special Events
  • About Us
  • Partners

Bencana Iklim dalam Pola Pikir dan Kearifan

6/24/2020

0 Comments

 
Picture

PENGANTAR
Sejatinya, manusia dan alam adalah bagian dari satu sistem yang saling berhubungan, dengan alam sebagai sumber makanan, obat-obatan, air, udara bersih, dan banyak manfaat lain yang memungkinkan manusia hidup sejahtera. Namun, keperluan sandang, pangan, dan papan yang terus meningkat menyebabkan manusia merusak alamnya secara besar-besaran untuk pertanian, permukiman, perindustrian, dan perdagangan, sehingga memengaruhi berbagai habitat yang ada di dalamnya.
 
Berbagai kegiatan manusia yang tidak memerhatikan lingkungan seperti alih guna lahan tidak terencana, dan kegagalan mengelola sampah jelas meningkatkan risiko bencana ketika terpicu krisis  iklim. Dampaknya seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan menjadi ancaman bagi kehidupan manusia.
 
Para peneliti dan pengambil keputusan kini menyadari bahwa krisis iklim dan dampaknya yang menghancurkan tidak dapat diselesaikan hanya dengan teknologi atau tata kelola pemerintahan yang baru. Pada intinya, yang perlu dilakukan untuk membuka kreativitas dan inovasi yang dapat menjauhkan manusia dari bencana sosial dan lingkungan adalah mengubah pola pikir.
 
Inilah sebabnya mengapa transformasi pribadi dan peningkatan kepedulian dan kesadaran diri sangat penting jika kita ingin menciptakan masyarakat yang benar-benar didasarkan pada prinsip-prinsip berkelanjutan.
 
Komunitas Kabuyutan Cipaku yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat meyakini bahwa nilai-nilai kearifan budaya dan spiritual Sunda yang telah diturunkan melalui tradisi lisan turun temurun oleh para leluhur memuat tata cara menyelamatkan peradaban di Nusantara. Terutama terkait cara manusia memperlakukan alam dan lingkungannya, agar banjir, tanah longsor, dan kekeringan tidak perlu lagi menjadi bencana yang mengancam kehidupan di Tanah Air. Dibutuhkan kegiatan yang dapat  menjadi sarana untuk kembali melestarikan dan mentransformasikan nilai- nilai kearifan Kabuyutan Cipaku.
 
Terkait berbagai hal tersebut di atas, The Climate Reality Project Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang mengarusutamakan informasi krisis iklim dan solusinya, bekerja sama dengan Komunitas Kabuyutan Cipaku mengadakan Zoominar dengan tema Kearifan Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana Iklim yang diselenggarakan pada tanggal 24 Jni 2020.
 
TUJUAN
Zoominar terebut mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
  1. Meningkatkan pengetahuan tentang krisis iklim, dampak dan solusinya.
  2. Mempelajari konsep polapikir ramah lingkungan dan transformasi aksi
  3. Memahami bagaimana program kegiatan Komunitas Kabuyutan Cipaku dapat membantu menyelamatkan lingkungan sekaligus mengurangi risiko bencana.
  4. Menjajaki kolaborasi dengan peserta untuk menghasilkan lebih banyak solusi kreatif bagi krisis iklim, ketahanan pangan, dan penyelamatan lingkungan, melalui tinjauan kearifan lokal
 
PAPARAN
Adapun nara sumber di bawah ini menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya terkait tema zoominar. Slides dapat diunduh dengan click judul paparan.
 
Krisis Iklim global, Dampak dan Solusinya.
Dr. Puji Rianti, The Climate Reality Project Indonesia
 
Pola Pikir Manusia untuk Melestarikan Lingkungan.
Dr. Darhamsyah, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi & Maluku
dan Pelatih Motivasi Bersertifikasi
 
Tinjauan Kebencanaan dalam Kearifan Lokal Sunda
Mang Asep Kabayan, Komunitas Kabuyutan Cipaku
 
DISKUSI
Zoominar dimulai dengan pemaparan tentang keadaan bumi saat ini terutama adanya krisis iklim yang berdampak pada kehidupan manusia. Krisis iklim dipicu oleh perubahan tata guna lahan dan penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Dampaknya mempengaruhi kehidupan dan penghidupan manusia pada umumnya. Namun manusia mempunyai solusi yang perlu disikapi secara global diikuti tindakan segala lapisan masyarakat.
 
Zoominar membahas bagaimana perubahan pola pikir dapat merubah pola pikir masyarakat dari ego life menjadi eco life, terutama dalam menghadapi krisis iklim. Sebab pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk berhubungan baik dan menyelaras dengan alam yang disebut biophilia.
 
Cara paling efektif untuk membantu merubah pola pikir masyarakat adalah dengan berusaha masuk ke dalam suatu komunitas dan memahami kebutuhannya. Kemudian mengajak komunitas tersebut untuk  mau menyelami masalah yang ada di sekitarnya, lalu menggiring pikiran mereka untuk menemukan solusi bersama. 
 
Banyak kelompok masyarakat yang secara konsisten berhasil mempertahankan pola pikir berlandasan kearifan lokal. Tetapi kearifan lokal saja sepertinya tidak cukup untuk menjawab masalah yang muncul sebagai dampak krisis iklim.  Dibutuhkan pola pikir baru untuk perubahan perilaku,  karena perubahan iklim berskala global. Karenanya perlu aksi yang mendukungan penuh perubahan oreintasi dan prioritas anggaran. Misalnya penganggaran sektor pertanian harus 80% mendukung input organik, atau menghentikan penganggaran subsidi pupuk sintetik.  Bila perlu target 10 tahun kedepan penganggarannya dapat mencapai 100 % untuk input organik. Sumber penganggaran yang paling tepat dan dekat untuk mendukung kearifan lokal adalah alokasi dana desa.
 
Kabuyutan Cipaku beraktivitas di atas lahan milik adat yang kini menjadi lahan negara dan digunakan untuk kebutuhan pembangunan Waduk Jatigede.  Pengelolaannya dilakukan masyarakat adat setempat, bekerja sama dengan penduduk dan masyarakat pemerhati budaya, secara kekeluargaan dan bergotong royong.  Komunitas Kabuyutan Cipaku juga mencoba menggerakkan masyarakat untuk bisa membangun cagar budaya, dalam upaya melestarikan lingkungan.  Mereka juga berupaya menggulirkan geliat ekonomi masyarakatnya dengan menghidupkan kegiatan seperti wisata spiritual ke situs-situs peninggalan bersejarah yang ada di sekitar Waduk Jatigede.
 
Adapun hukum adat yang berlaku dalam masyarakat kabuyutan umumnya berupa pitutur lisan, seperti aturan pamali/larangan, petunjuk untuk ritual/kegiatan tradisi lokal, dan sebagainya. Saat ini aturan yang ada masih dijalankan oleh sebagian masyarakat yang mempercayai adat, namun kadang kala ada hal-hal yang kemudian untuk kepentingan pelestarian tradisi tidak dipublikasikan. Hingga hari ini pemerintah daerah belum berperan dalam membantu kegiatan masyarakat kabuyutan, semua kegiatan dilakukan atas inisiatif sendiri, dibantu partisipasi masyarakat pemerhati budaya lokal.
 
Butuh strategi komunikasi yang tepat dalam upaya membangun pola pikir yang mengutamakan solusi atas krisis iklim, sesuai potensi wilayah dan kearifan lokal. Strategi komunikasi tersebut meliputi kecermatan dalam melakukan segmentasi atas target dari komunikasi krisis iklim, penyusunan konten pesan, termasuk di dalamnya mengurangi penggunaan kalimat negatif. Pesan positif mulai perlu disebarkan, berisi visualisasi kondisi yang kita harapkan.  Pesan tersebut harus sesuai dengan demografi dan profil dari target komunikasi, segmen berbeda memerlukan strategi komunikasi yang berbeda pula.
 
Pembawa informasi diharapkan dapat meramu strategi sedemikian rupa untuk menggiring target komunikasi dengan powerful questions kepada jawaban yang diharapkan dari audiens, sehingga jawaban sedapatnya keluar dari benak mereka, berupa hal-hal indah yang dapat dinikmati bersama.
Terkadang dalam membangun komunitas untuk mau bergerak secara sinergis, yang dibutuhkan adalah contoh. Membawa bibit pohon dan menanam kopi, kemudian membangun saung untuk tempat bekerja dan belajar bersama, adalah hal yang paling mungkin untuk dikerjakan di Kabuyutan Cipaku.
 
Dengan sedemikian banyaknya pressing issues terkait masalah perubahan iklim yang perlu diperhatikan dengan lebih baik,  dibutuhkan pendekatan  yang bermuatan love and compassion. Sejatinya semua elemen yang bergerak untuk menemukan solusi krisis iklim adalah untuk membangun dunia yang lebih baik bagi generasi berikut, sehingga pelaku perlu menghilangkan bias yang ada dengan strategi komunikasi  yang lebih membangun harapan.

INFORMASI
Guna memperoleh informasi terkait acara maupun usulan komunitas lokal yang diundang untuk acara selanjutnya dapat menghubungi Arifah Handayani, melalui WA 0811943716, DM IG @climaterealityina atau email: Indonesia@climatereality.com
 
*****

0 Comments

Bincang Buku Climate Reality Indonesia 22 Juni 2020

6/23/2020

0 Comments

 
Picture
PENGANTAR
Setiap tahunnya semakin banyak buku tentang perubahan iklim yang diterbitkan di berbagai negara, mulai dari yang sangat realistis menggambarkan tentang krisis iklim, sampai visi optimis yang membahas solusi sosial dan teknologi.
 
Kantor Pusat The Climate Reality Project di Washington DC setiap bulan mengadakan Climate Reality Leader Book Club, untuk membahas buku dengan berbagai tema gerakan iklim, baik fiksi yang memperluas pemikiran, maupun non fiksi yang menggambarkan kondisi saat ini.
 
Sayangnya buku-buku tentang perubahan iklim yang diterbitkan di mancanegara masih belum banyak yang beredar secara luas di Indonesia. Meskipun demikian, sejumlah buku-buku yang membahas berbagai aspek perubahan iklim juga ditulis oleh pemerhati, praktisi maupun akademisi di Indonesia.
 
Mencermati berbagai hal di atas, The Climate Reality Project Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang mengarusutamakan informasi krisis iklim dan solusinya secara berkala menyelenggarakan Bincang Buku tentang perubahan iklim melalui platform zoom. Buku-buku yang dipilih diusahakan ditulis atau ada kontribusi dari climate reality leaders.

TUJUAN 
Adapun maksud dan tujuan Bincang Buku Perubahan Iklim adalah sebagai berikut:

  1. Memahami krisis iklim, dampak dan solusinya dari berbagai aspek.
  2. Menggali inspirasi yang menarik dan bermanfaat dari buku yang dibahas.
  3. Menggalang solidaritas peserta untuk lebih aktif menjaga bumi secara konsisten.
  4. Silaturahmi Climate Reality Leaders
 
SINOPSIS BUKU
Berikut adalah buku-buku yang dibahas pada pertemuan 22 Juni 2020, beserta sinopsisnya. Paparan penulis dapat di klik pada judul buku-buku di bawah ini
 
Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim pada Transportasi
Oleh: Wendy Aritenang
 
Buku ini bertujuan untuk menyampaikan isu lingkungan dan perubahan iklim pada sektor transportasi secara kesatuan, mencakup transportasi darat, laut , udara dan per-keretaapian. Pada umumnya pembahasan lingkungan pada transportasi yang banyak dibahas berfokus kepada transportasi darat saja. Sedangkan transportasi udara dan laut biasanya hanya dibahas dikalangan nya masing-masing sebagai isu yang terpisah.
 
Situasinya menjadi lebih unik karena  khusus masalah perubahan iklim pada pelayaran internasional dan penerbangan internasional pengaturannya dilakukan melalui IMO dan ICAO, tidak melalui UNFCCC sebagaimana sektor-sektor lainnya.
 
Padahal, transportasi seharusnya dilihat sebagai suatu sistem yang saling terkait, termasuk dalam menyikapi masalah lingkungan dan perubahan iklim di semua sub-sektor transportasi tersebut. Buku yang dapat diunduh di sini diharapkan dapat membantu para pelaku transportasi dan pegiat lingkungan  untuk memahami masalah tersebut secara menyeluruh.

——-
 
Perempuan di Singgasana Lelaki
Oleh: Diah Suradiredja dan Syafrizaldi Jpang
 
Buku ini berisi kiprah para perempuan pemimpin di Indonesia, dan dapat menjadi pengingat bahwa *perempuan Indonesia bukan lagi perempuan yang berkutat pada urusan dapur, sumur dan kasur.*
 
Dalam buku “Perempuan di Singgasana Lelaki”  ditemukan syarat utama seorang perempuan menjadi pemimpin adalah anti korupsi dan memiliki pemahaman yang baik terhadap kepentingan publik. Perempuan juga dituntut tegas jujur, bermoral, beradab dan juga professional.
 
Isu mayor yang harus ditangani oleh Kepala Daerah Perempuan adalah pelaksanaan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, reformasi birokrasi dan pencegahan korupsi, penanggulangan pengangguran dan kemiskinan. Isu lainnya termasuk peningkatan kualitas sumber daya perempuan dan kelompok rentan, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, pembangunan fasilitas dan layanan umum, serta pembangunan yang adaptif terhadap bencana, perubahan iklim dan lingkungan.
 
——-
 
Sustainable Me
Oleh: Via Apriyani
 
Mengapa Swedia mendapat predikat negara yang paling sustainable dan ramah lingkungan di dunia?
 
Buku berjudul “Sustainable Me: Inspirasi Gaya Hidup Ramah Lingkungan” ala Swedia ini hadir untuk menjawab keingintahuan kita atas pertanyaan tersebut. Selain memberikan praktik nyata penerapan hidup ramah lingkungan yang penulis temui dan alami sendiri ketika tinggal di Swedia, buku ini juga kaya akan informasi yang dapat menambah wawasan kita mengenai konsep sustainability dan isu perubahan iklim yang saat ini menjadi salah satu masalah utama umat manusia di zaman modern.
 
DISKUSI
Membangun sustainable life  sejatinya adalah harapan setiap manusia yang sadar akan kewajiban memelihara, menyelamatkan, dan melestarikan lingkungan hidupnya. Tanggung jawab yang sewajarnya dilaksanakan baik  secara perseorangan, maupun dengan menjadi bagian dari komunitas, maupun sebagai pembuat kebijakan di lembaga, dan kepala daerah. Agar dapat menjamin keberlangsungan tatanan kehidupan yang berkelanjutan maka setiap orang perlu memahami apa yang dimaksud dengan sustainable life. Bagaimana manfaatnya dalam menyediakan solusi untuk krisis iklim.
 
Bincang buku perubahan iklim kali ini membahas bagaimana sustainable life  diterapkan di Swedia, juga bagaimana sustainable development menjadi program para perempuan yang duduk di singgasana laki-laki, dan bagaimana konsep sustainability  menjadi solusi yang ditawarkan transportasi dalam menyelamatkan lingkungan dan mengatasi krisis iklim.
 
Bupati Luwu Utara, Hj. Indah Putri Indriani,  adalah salah satu tokoh perempuan di singgasana laki-laki yang memiliki komitmen besar pada lingkungan. Kesulitan terbesar menjadi perempuan di ranah publik adalah memelihara keseimbangan antara kewajiban domestik dan tugas profesionalnya. Pandangan dari kalangan fundamentalis juga menjadi tantangan tersendiri untuk berhasil menjadi pemimpin yang dicintai dan disegani.
 
Diharapkan peran perempuan di singgasana lelaki akan menjadi lebih menonjol beyond the number, bukan hanya kuantitasnya bertambah tapi juga kualitas hasil pembangunan yang menjadikan wilayahnya berdaya meningkat.  Mengingat usaha perempuan menjadi pemimpin daerah jadi terkesan harus lebih besar dari laki-laki,  terutama ketika harus berhadapan dengan pandangan bahwa pemimpin haruslah laki-laki. Maka perempuan harus mampu menunjukkan sejauh mana kepemimpinannya dapat profesional dan menunjukkan integritas pribadi yang kuat. Oleh sebab itu perlu menemukan cara untuk mendorong reproduksi pemimpin perempuan. Adapun respon laki-laki terkait kepemimpinan perempuan, menurut  riset,  91 persen setuju pemimpin perempuan, 6 persen bingung, 3 persen tidak setuju.
 
Sementara pemilahan judul ’Perempuan di Singgasana Lelaki’ semata adalah cara menarik perhatian untuk membuat calon pembaca penasaran. Sekalipun perempuan berhasil menduduki jabatan kepala daerah, umumnya dia didampingi laki-laki sebagai wakilnya agar dapat tetap memelihara keseimbangan.
 
Membahas sustainable life di Swedia memberi inspirasi bagaimana seharusnya ketelatenan perempuan dapat diberdayakan untuk mengelola limbah rumah tangga agar dapat menjadi manfaat. Alangkah baiknya jika siswa sekolah diajari cara memilah sampah, living sustainable life sejatinya bisa dibiasakan sejak kecil.  Ecolabeling  juga bisa saja menjadi trend tersendiri untuk membangun awareness dan memberi dampak pada sistem sertifikasi kehutanan. Selain itu salah satu hal hebat yang perlu dicontoh dari Swedia adalah upaya mengkonversi sampah menjadi sumber energi terbarukan.
 
Tantangan  terbesar sektor transportasi sebagai penyumbang polusi udara, terkait sustainable life adalah menurunkan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil. Untuk itu dibahas juga bagaimana pentingnya menggunakan transportasi yang lebih ramah lingkungan, dan mengembangkan bahan bakar kendaraan dengan energi terbarukan. Terutama dari jenis bioenergi yang berasal dari tumbuhan yang ditanam secara berkelanjutan (sustainable), tidak berasal dari pembukaan hutan, dan tidak menggangu kebutuhan ketersediaan pangan.
 
Ketiga penulis secara umum punya kiat tersendiri agar bukunya dapat dibaca oleh orang banyak, di antaranya adalah jeli membidik target pembaca saat buku disusun, sehingga penulisan dapat mengalir menarik sesuai kebutuhan target pembaca. Hal penting lain adalah proses editing dan lay out, agar secara konten dan visual menyenangkan untuk dibaca. Testimoni dari public figure dan influencer adalah hal penting berikutnya, selain menceritakan isi buku pada forum webinar dan talk show.
 
INFORMASI
Guna memperoleh informasi terkait acara maupun usulan buku-buku untuk dibahas pada “Bincang Buku” selanjutnya dapat dikirimkan kepada Arifah Handayani, melalui WA 0811943716, DM IG @climaterealityina atau email: Indonesia@climatereality.com
0 Comments
<<Previous

    Archives

    December 2017
    September 2017
    August 2017
    May 2017
    February 2017
    January 2017
    September 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    January 2016
    September 2013

    Categories

    All

    RSS Feed

Privacy Policy

Picture
Powered by Create your own unique website with customizable templates.