PENGANTAR
Sejatinya, manusia dan alam adalah bagian dari satu sistem yang saling berhubungan, dengan alam sebagai sumber makanan, obat-obatan, air, udara bersih, dan banyak manfaat lain yang memungkinkan manusia hidup sejahtera. Namun, keperluan sandang, pangan, dan papan yang terus meningkat menyebabkan manusia merusak alamnya secara besar-besaran untuk pertanian, permukiman, perindustrian, dan perdagangan, sehingga memengaruhi berbagai habitat yang ada di dalamnya.
Berbagai kegiatan manusia yang tidak memerhatikan lingkungan seperti alih guna lahan tidak terencana, dan kegagalan mengelola sampah jelas meningkatkan risiko bencana ketika terpicu krisis iklim. Dampaknya seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan menjadi ancaman bagi kehidupan manusia.
Para peneliti dan pengambil keputusan kini menyadari bahwa krisis iklim dan dampaknya yang menghancurkan tidak dapat diselesaikan hanya dengan teknologi atau tata kelola pemerintahan yang baru. Pada intinya, yang perlu dilakukan untuk membuka kreativitas dan inovasi yang dapat menjauhkan manusia dari bencana sosial dan lingkungan adalah mengubah pola pikir.
Inilah sebabnya mengapa transformasi pribadi dan peningkatan kepedulian dan kesadaran diri sangat penting jika kita ingin menciptakan masyarakat yang benar-benar didasarkan pada prinsip-prinsip berkelanjutan.
Komunitas Kabuyutan Cipaku yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat meyakini bahwa nilai-nilai kearifan budaya dan spiritual Sunda yang telah diturunkan melalui tradisi lisan turun temurun oleh para leluhur memuat tata cara menyelamatkan peradaban di Nusantara. Terutama terkait cara manusia memperlakukan alam dan lingkungannya, agar banjir, tanah longsor, dan kekeringan tidak perlu lagi menjadi bencana yang mengancam kehidupan di Tanah Air. Dibutuhkan kegiatan yang dapat menjadi sarana untuk kembali melestarikan dan mentransformasikan nilai- nilai kearifan Kabuyutan Cipaku.
Terkait berbagai hal tersebut di atas, The Climate Reality Project Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang mengarusutamakan informasi krisis iklim dan solusinya, bekerja sama dengan Komunitas Kabuyutan Cipaku mengadakan Zoominar dengan tema Kearifan Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana Iklim yang diselenggarakan pada tanggal 24 Jni 2020.
TUJUAN
Zoominar terebut mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
- Meningkatkan pengetahuan tentang krisis iklim, dampak dan solusinya.
- Mempelajari konsep polapikir ramah lingkungan dan transformasi aksi
- Memahami bagaimana program kegiatan Komunitas Kabuyutan Cipaku dapat membantu menyelamatkan lingkungan sekaligus mengurangi risiko bencana.
- Menjajaki kolaborasi dengan peserta untuk menghasilkan lebih banyak solusi kreatif bagi krisis iklim, ketahanan pangan, dan penyelamatan lingkungan, melalui tinjauan kearifan lokal
PAPARAN
Adapun nara sumber di bawah ini menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya terkait tema zoominar. Slides dapat diunduh dengan click judul paparan.
Krisis Iklim global, Dampak dan Solusinya.
Dr. Puji Rianti, The Climate Reality Project Indonesia
Pola Pikir Manusia untuk Melestarikan Lingkungan.
Dr. Darhamsyah, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi & Maluku
dan Pelatih Motivasi Bersertifikasi
Tinjauan Kebencanaan dalam Kearifan Lokal Sunda
Mang Asep Kabayan, Komunitas Kabuyutan Cipaku
DISKUSI
Zoominar dimulai dengan pemaparan tentang keadaan bumi saat ini terutama adanya krisis iklim yang berdampak pada kehidupan manusia. Krisis iklim dipicu oleh perubahan tata guna lahan dan penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Dampaknya mempengaruhi kehidupan dan penghidupan manusia pada umumnya. Namun manusia mempunyai solusi yang perlu disikapi secara global diikuti tindakan segala lapisan masyarakat.
Zoominar membahas bagaimana perubahan pola pikir dapat merubah pola pikir masyarakat dari ego life menjadi eco life, terutama dalam menghadapi krisis iklim. Sebab pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk berhubungan baik dan menyelaras dengan alam yang disebut biophilia.
Cara paling efektif untuk membantu merubah pola pikir masyarakat adalah dengan berusaha masuk ke dalam suatu komunitas dan memahami kebutuhannya. Kemudian mengajak komunitas tersebut untuk mau menyelami masalah yang ada di sekitarnya, lalu menggiring pikiran mereka untuk menemukan solusi bersama.
Banyak kelompok masyarakat yang secara konsisten berhasil mempertahankan pola pikir berlandasan kearifan lokal. Tetapi kearifan lokal saja sepertinya tidak cukup untuk menjawab masalah yang muncul sebagai dampak krisis iklim. Dibutuhkan pola pikir baru untuk perubahan perilaku, karena perubahan iklim berskala global. Karenanya perlu aksi yang mendukungan penuh perubahan oreintasi dan prioritas anggaran. Misalnya penganggaran sektor pertanian harus 80% mendukung input organik, atau menghentikan penganggaran subsidi pupuk sintetik. Bila perlu target 10 tahun kedepan penganggarannya dapat mencapai 100 % untuk input organik. Sumber penganggaran yang paling tepat dan dekat untuk mendukung kearifan lokal adalah alokasi dana desa.
Kabuyutan Cipaku beraktivitas di atas lahan milik adat yang kini menjadi lahan negara dan digunakan untuk kebutuhan pembangunan Waduk Jatigede. Pengelolaannya dilakukan masyarakat adat setempat, bekerja sama dengan penduduk dan masyarakat pemerhati budaya, secara kekeluargaan dan bergotong royong. Komunitas Kabuyutan Cipaku juga mencoba menggerakkan masyarakat untuk bisa membangun cagar budaya, dalam upaya melestarikan lingkungan. Mereka juga berupaya menggulirkan geliat ekonomi masyarakatnya dengan menghidupkan kegiatan seperti wisata spiritual ke situs-situs peninggalan bersejarah yang ada di sekitar Waduk Jatigede.
Adapun hukum adat yang berlaku dalam masyarakat kabuyutan umumnya berupa pitutur lisan, seperti aturan pamali/larangan, petunjuk untuk ritual/kegiatan tradisi lokal, dan sebagainya. Saat ini aturan yang ada masih dijalankan oleh sebagian masyarakat yang mempercayai adat, namun kadang kala ada hal-hal yang kemudian untuk kepentingan pelestarian tradisi tidak dipublikasikan. Hingga hari ini pemerintah daerah belum berperan dalam membantu kegiatan masyarakat kabuyutan, semua kegiatan dilakukan atas inisiatif sendiri, dibantu partisipasi masyarakat pemerhati budaya lokal.
Butuh strategi komunikasi yang tepat dalam upaya membangun pola pikir yang mengutamakan solusi atas krisis iklim, sesuai potensi wilayah dan kearifan lokal. Strategi komunikasi tersebut meliputi kecermatan dalam melakukan segmentasi atas target dari komunikasi krisis iklim, penyusunan konten pesan, termasuk di dalamnya mengurangi penggunaan kalimat negatif. Pesan positif mulai perlu disebarkan, berisi visualisasi kondisi yang kita harapkan. Pesan tersebut harus sesuai dengan demografi dan profil dari target komunikasi, segmen berbeda memerlukan strategi komunikasi yang berbeda pula.
Pembawa informasi diharapkan dapat meramu strategi sedemikian rupa untuk menggiring target komunikasi dengan powerful questions kepada jawaban yang diharapkan dari audiens, sehingga jawaban sedapatnya keluar dari benak mereka, berupa hal-hal indah yang dapat dinikmati bersama.
Terkadang dalam membangun komunitas untuk mau bergerak secara sinergis, yang dibutuhkan adalah contoh. Membawa bibit pohon dan menanam kopi, kemudian membangun saung untuk tempat bekerja dan belajar bersama, adalah hal yang paling mungkin untuk dikerjakan di Kabuyutan Cipaku.
Dengan sedemikian banyaknya pressing issues terkait masalah perubahan iklim yang perlu diperhatikan dengan lebih baik, dibutuhkan pendekatan yang bermuatan love and compassion. Sejatinya semua elemen yang bergerak untuk menemukan solusi krisis iklim adalah untuk membangun dunia yang lebih baik bagi generasi berikut, sehingga pelaku perlu menghilangkan bias yang ada dengan strategi komunikasi yang lebih membangun harapan.
INFORMASI
Guna memperoleh informasi terkait acara maupun usulan komunitas lokal yang diundang untuk acara selanjutnya dapat menghubungi Arifah Handayani, melalui WA 0811943716, DM IG @climaterealityina atau email: [email protected]
*****